17.10.11

Matahari, Bulan, Bintang



Sesungguhnya para pejabat di negara ini adalah para pelestari yang hebat.Mereka konsisten menciptakan kemiskinan,korupsi dan pembodohan. Mereka juga konsisten akan keserakahan. Ibaratnya, meski harta mereka telah sebanyak pasir di gurun sahara, mereka akan teus menginginkannya seperti air di samudra.Tak terhingga, bisa menjamin kehidupan 17 keturunan namun mengakibatkan kematian jutaan penghidupan orang lain.

Dulu semasa sekolah para guru dan buku pelajaran bagai men-dogma kita, Indonesia kaya hasil alam. Emas, perak, tembaga, minyak dan karunia Tuhan lainnya bertaburan dan terhampar di tanah Republik. Tapi nyatanya tiada imbas kesejahteraan bagi para penghuninya. Coba simak orasi bung Tomo saat pertempuran 10 November, Beliau menyebutkan para tukang becak, tukang rombeng dan profesi lainnya, yang ironisnya di zaman sekarang masih eksis keberadaannya.

Lupakan para pejabat, sekarang waktunya Social Entrepreneur. Sebuah kata yang mulia, tak cuma mengurusi hidupnya sendiri tapi juga peduli dengan orang lain. Muhammad Yunus dan Grameen Bank bukan hanya simbol perwujudan kebangkitan orang-orang miskin namun juga sebuah kemenangan atas penderitaan. Di sini, Koperasi setia bakti wanita Surabaya telah banyak membantu kehidupan sosial ekonomi rumah tangga melalui peran ibu (istri) dan juga Rumah Perubahan-nya Rhenald Kasali.

Kadang kemiskinan memang disebabkan oleh kemalasan diri sendiri. Namun di sisi lain kemiskinan adalah hasil pemelaratan yang terpola dari sebuah sifat tamak penguasa dan pengusaha.Kalau Sektor Kesatu (APBN) dikuasai para politisi korup dan terbelenggu birokrasi yg kusut, apakah Sektor Kedua (para kapitalis yang menguasai Wall Street dan pasar) masih punya hati untuk berbagi?
Bila pertumbuhan ekonomi suatu negara kalah cepat dengan pertumbuhan gap kaya-miskin, dan pemerataan ekonomi gagal ditegakkan, maka di situlah muncul bahwa signal virus kapitalisme yang berbahaya telah mewabah. Ini berarti Sektor Pertama dan Sektor Kedua telah bersekutu, mengeruk kekayaan rakyat yang berbahaya bagi kesejahteraan dan kedamaian abadi.( Rhenald Kasali,Ekonomi Solidaritas – Ekonomi Krisis - Jawapos 17 Oktober 2011 ).

Maka lahirlah Social Entrepreneur, sekumpulan atau orang per orang yang mengusahakan kehidupan orang lain agar lebih layak dari sudut kemanusiaan. Mereka bagai matahari membangunkan orang lainuntuk membangun kehidupan. Mereka layaknya bulan, menerangi kehidupan masyarakat yang gelap, gelap akan intrik kotor dan prilaku busuk politisi dan pemegang modal.Juga adalah bintang, sinarnya membuat orang yang menyaksikannya memuji keindahan akan ke-berbagiannya dengan orang lain.Social Entrepreneur adalah matahari, bulan dan bintang, bisa menjadikan orang lain tergerak hatinya untuk menjadi Social Entrepreneur- Social Entrepreneur yang lain.Asalkan bisa konsisten di niat asal mereka memulainya, mereka adalah pembawa perubahan bagi Indonesia. Terkecuali pabila lalu terkenal dimana-mana, ada kepentingan lain di genggaman, penampilan adalah popularitas, dan akhirnya terbeli oleh kapitalis seperti halnya bank syari'ah, maka cahaya matahari bulan bintang yang sebelumnya terpancar lama kelamaan akan luntur.



10.10.11

demi nyali,ku buka pintu

Ketika manusia merasa memiliki 2 jiwa, 2 peranan dalam 1 kehidupannya, orang menyebutnya dunia paralel ( parallel universe ). Entah aku seperti itu atau tidak,yang pasti malam ini adalah salah satu malam yang akan kuingat, walau mungkin dalam beberapa waktu kedepan aku tidak mengingatnya lagi dikarenakan begitu banyak hal yang harus kuterima dan kuingat.

Malam ini adalah serah terima,1 wujud dari 4 dimensi. Apakah itu? Tak perlu lah kalian tahu,toh tak ada guna buat dirimu. Bukankah setiap orang berhak menerima hal-hal yang berguna saja!

Sejujurnya aku tak begitu membenci televisi utamanya siaran sepak bola, namun aku khawatir dinding yang menbungkus jasad ini retak atau malah berlubang, dihantam puluhan ruang-ruang baru yang diciptakan tim kreatif acara televisi. Kadang aku suka melihat kekonyolan lagak dan bicara orang-orang di acara JLC, kadang aku merasa terhibur kala menonton film kartun bersama keponakanku. Tapi semuanya aku muntahkan bersama murka ketika melihat banci-banci televisi. Jika A.S.Laksana bilang bahwa televisi adalah panduan menuju neraka,mungkin saja sebab nyatanya aku tak mau masuk neraka.

Suatu malam aku bermimpi kehadiran almarhum Bapakku. Mimpi yang sudah lumayan lama tapi esensinya baru kudapatkan sekarang. Beliau seorang pengkhutbah jum'at selain pengurus masjid di kampung.Sehari-harinya, Beliau hibahkan sedikit waktu untuk melukiskan kebaikan bagi orang-orang kampung dan sekali dalam seminggu Beliau mengajak untuk bertakwa. Beliau suka menulis,sesuatu yang tak menurun ke 9 anaknya.Ketika seseorang suka menulis pastilah dia suka membaca. Lagi-lagi juga tak menurun ke anak-anaknya. Itulah Bapakku.

Kembali ke malam ini, jujur aku ungkapkan kekagumanku kepada para penulis yang tulisannya menjadi enak di baca, yang beberapa diantaranya aku copy-paste ke teman-temanku. Mereka para penulis, menginspirasi, membangunkan kesadaran dan menularkan kebiasaan. Tak usah aku sebut nama mereka,cukuplah mereka mendapat balasan dari Tuhan.

Demi nyali, demi menghargai ciptaan Tuhan atas diriku, ku buka pintu hati, kugerakkan jemari, kugenggam pena, kubiarkan menari-nari diatas tuts-tuts keyboard.
Demi nyali, aku akan peduli tentang apa yang aku tulis, karena itu semua adalah barang bukti di peradilan akhir nanti.
Demi nyali, bukan demi nyai.Tapi jika itu menguntungkan nyai,aku anggap bonus.