27.1.13

demi nyali,ku buka pintu


Ketika manusia merasa memiliki 2 jiwa, 2 peranan dalam 1 kehidupannya, orang menyebutnya dunia paralel ( parallel universe). Entah aku seperti itu atau tidak,yang pasti malam ini adalah salah satu malam yang akan kuingat, walau mungkin dalam beberapa waktu kedepan aku tidak mengingatnya lagi dikarenakan begitu banyak hal yang harus kuterima dan kuingat.

Malam ini adalah serah terima,1 wujud dari 4 dimensi. Apakah itu? Tak perlu lah kalian tahu,toh tak ada guna buat dirimu. Bukankah setiap orang berhak menerima hal-hal yang berguna saja!

Sejujurnya aku tak begitu membenci televisi utamanya siaran sepak bola, namun aku khawatir dinding yang menbungkus jasad ini retak atau malah berlubang, dihantam puluhan ruang-ruang baru yang diciptakan tim kreatif acara televisi. Kadang aku suka melihat kekonyolan lagak dan bicara orang-orang di acara JLC, kadang aku merasa terhibur kala menonton film kartun bersama keponakanku. Tapi semuanya aku muntahkan bersama murka ketika melihat banci-banci televisi. Jika A.S.Laksana bilang bahwa televisi adalah panduan menuju neraka,mungkin saja sebab nyatanya aku tak mau masuk neraka.

Suatu malam aku bermimpi kehadiran almarhum Bapakku. Mimpi yang sudah lumayan lama tapi esensinya baru kudapatkan sekarang. Beliau seorang pengkhutbah jum'at selain pengurus masjid di kampung.Sehari-harinya, Beliau hibahkan sedikit waktu untuk melukiskan kebaikan bagi orang-orang kampung dan sekali dalam seminggu Beliau mengajak untuk bertakwa. Beliau suka menulis,sesuatu yang tak menurun ke 9 anaknya.Ketika seseorang suka menulis pastilah dia suka membaca. Lagi-lagi juga tak menurun ke anak-anaknya. Itulah Bapakku.

Kembali ke malam ini, jujur aku ungkapkan kekagumanku kepada para penulis yang tulisannya menjadi enak di baca, yang beberapa diantaranya aku copy-paste ke teman-temanku. Mereka para penulis, menginspirasi, membangunkan kesadaran dan menularkan kebiasaan. Tak usah aku sebut nama mereka,cukuplah mereka mendapat balasan dari Tuhan.

Demi nyali, demi menghargai ciptaan Tuhan atas diriku, ku buka pintu hati, kugerakkan jemari, kugenggam pena, kubiarkan menari-nari diatas tuts-tuts keyboard.
Demi nyali, aku akan peduli tentang apa yang aku tulis, karena itu semua adalah barang bukti di peradilan akhir nanti.
Demi nyali, bukan demi nyai.Tapi jika itu menguntungkan nyai,aku anggap bonus.



Matahari, Bulan, Bintang




 
Sesungguhnya para pejabat di negara ini adalah para pelestari yang hebat.Mereka konsisten menciptakan kemiskinan,korupsi dan pembodohan. Mereka juga konsisten akan keserakahan. Ibaratnya, meski harta mereka telah sebanyak pasir di gurun sahara, mereka akan teus menginginkannya seperti air di samudra.Tak terhingga, bisa menjamin kehidupan 17 keturunan namun mengakibatkan kematian jutaan penghidupan orang lain.

Dulu semasa sekolah para guru dan buku pelajaran bagai men-dogma kita, Indonesia kaya hasil alam. Emas, perak, tembaga, minyak dan karunia Tuhan lainnya bertaburan dan terhampar di tanah Republik. Tapi nyatanya tiada imbas kesejahteraan bagi para penghuninya. Coba simak orasi bung Tomo saat pertempuran 10 November, Beliau menyebutkan para tukang becak, tukang rombeng dan profesi lainnya, yang ironisnya di zaman sekarang masih eksis keberadaannya.

Lupakan para pejabat, sekarang waktunya Social Entrepreneur. Sebuah kata yang mulia, tak cuma mengurusi hidupnya sendiri tapi juga peduli dengan orang lain. Muhammad Yunus dan Grameen Bank bukan hanya simbol perwujudan kebangkitan orang-orang miskin namun juga sebuah kemenangan atas penderitaan. Di sini, Koperasi setia bakti wanita Surabaya telah banyak membantu kehidupan sosial ekonomi rumah tangga melalui peran ibu (istri) dan juga Rumah Perubahan-nya Rhenald Kasali.

Kadang kemiskinan memang disebabkan oleh kemalasan diri sendiri. Namun di sisi lain kemiskinan adalah hasil pemelaratan yang terpola dari sebuah sifat tamak penguasa dan pengusaha.Kalau Sektor Kesatu (APBN) dikuasai para politisi korup dan terbelenggu birokrasi yg kusut, apakah Sektor Kedua (para kapitalis yang menguasai Wall Street dan pasar) masih punya hati untuk berbagi?
Bila pertumbuhan ekonomi suatu negara kalah cepat dengan pertumbuhan gap kaya-miskin, dan pemerataan ekonomi gagal ditegakkan, maka di situlah muncul bahwa signal virus kapitalisme yang berbahaya telah mewabah. Ini berarti Sektor Pertama dan Sektor Kedua telah bersekutu, mengeruk kekayaan rakyat yang berbahaya bagi kesejahteraan dan kedamaian abadi.( Rhenald Kasali,Ekonomi Solidaritas – Ekonomi Krisis - Jawapos 17 Oktober 2011 ).

Maka lahirlah Social Entrepreneur, sekumpulan atau orang per orang yang mengusahakan kehidupan orang lain agar lebih layak dari sudut kemanusiaan. Mereka bagai matahari membangunkan orang lainuntuk membangun kehidupan. Mereka layaknya bulan, menerangi kehidupan masyarakat yang gelap, gelap akan intrik kotor dan prilaku busuk politisi dan pemegang modal.Juga adalah bintang, sinarnya membuat orang yang menyaksikannya memuji keindahan akan ke-berbagiannya dengan orang lain.Social Entrepreneur adalah matahari, bulan dan bintang, bisa menjadikan orang lain tergerak hatinya untuk menjadi Social Entrepreneur- Social Entrepreneur yang lain.Asalkan bisa konsisten di niat asal mereka memulainya, mereka adalah pembawa perubahan bagi Indonesia. Terkecuali pabila lalu terkenal dimana-mana, ada kepentingan lain di genggaman, penampilan adalah popularitas, dan akhirnya terbeli oleh kapitalis seperti halnya bank syari'ah, maka cahaya matahari bulan bintang yang sebelumnya terpancar lama kelamaan akan luntur.

Orat oret deras


Hitam

setitik api dalam pandangmu
tak akan mampu akhiri semua
harapan hilang dan kau ingin menghilang
sesatkan diri dalam kesunyian
semuanya membenamkan kehidupanmu

sementara

aku disini seperti dirimu
semangat mati, mati juga jiwaku
tak ada pilihan dan kau tahu jawabnya
semuanya membenamkan kehidupanku

laguku lagumu menyatu dalam gelap
menginginkan mengkelamkan peradaban
mauku maumu
diterbangkan kesenangan

angin hisaplah titik pusat imbangku
berilah hitam bunuhlah bahagia



Kecil

dia seperti angin terus berlari terus sembunyi
dia sungguh tak puas akan keadaan harmoni rumahnya
kurang...masih banyak lubang
riak keganjilan juga kebingungan

malu sembunyi
mesti hindari
semua keadaan yang menyudutkan

dia cuma anak kecil yang tak bisa berdiri dengan sama tinggi
hampir aku meng-iba pada hidupnya
bukan urusannya

oh kau orang-orang tua uzur pengertianmu dimakan usia
dan kau kaum bijaksana sulit untuk berfikir tentang yang termudah
tenang!
aku ingin tenang!
aku juga tersiksa dan kau terus berlari

jangan datang padaku

dia cuma anak kecil yang tak bisa berdiri dengan sama tinggi
hampir aku meng-iba pada hidupnya
bukan urusanku, katanya!



gitar kayu ini

gitar kayu ini jadi sahabat baikku
jika aku sewaktu-waktu ingat padamu
dia merelakan seluruh darah dagingnya
untuk menyenangkan hati tuannya

syair syair bercerita tentangmu dariku
kutuang diatas kertas kusam bekas koran
kunyanyikan bersama gitar usang yang kusayang
senyumlah sedikit biar gitar ikut senang

sebelum kau tutup telinga
sebelum pejamkan mata
dengarkan celoteh-celoteh mautku

lautan kata berirama
petik dawai seadanya
mencoba goyahkan angkuh perahu

pernah rayuanku tak mempan melumpuhkanmu
rasa kecewa menggumpal jadi putus asa
lalu ku beralih menyanyikan lagu lain
namun tiba-tiba nada gitar jadi sumbang



Baru

oh entah mengapa selalu terbayang wajah itu
datang setelah sekian lama membelalakkan mata
kecantikan dirimu halus tutur bicara
bagai mantra-mantra menenung menghasut menelantarkan

perubahan dirimu meracuni jiwaku

adalah terlihat pemandangan terindah dihidupku
adalah terdengar
senyummu membungkam keinginan hati untuk tak peduli
walau mungkin terasa beda
tapi tetap indah

sayangku dengar ucapku
dengan segala kerendahan hati
sengaja aku inginkan
jadilah pengantinku tuk malam ini



Kehilangan

malam tanpa bintang bulan dan cahaya
waktu berhentikan perjalanan kita
menghapus jejak langkahlima tahun terpijak

masih membekas dan melukai harapan
larut di temaram.....hilang
terisak dalam gelap kerelaanku palsu

aku gusar dan tak tenang

pekat menjuntai di hidupku
perihmelepuhkan hatiku

bukan seperti ini!
jangan seperti ini!

aku hancur seperti hancur hatimu
aku goyah setelah kau terenggut



Kamu Yang Tak Bisa Hilang

aku dan kamu seperti melodrama begitu terjal dan berliku
aku dan kamu tak ada habisnya menanti kesempatan itu datang
apa yang bisa aku lakukan di malam sepi bergerimis hujan
apa yang bisa aku lakukan ketika rindu datang dan membunuh

karena kamu begitu jelas mengisi hari-hari
karena aku tak bisa pergi dari cengkeram pelukmu
namamu tersimpan di hati meski ku terkubur di dasar bumi
karena kamu telah terlanjur menjalar dalam aliran darah ini

tak cukup hanya dengan membayangkan untuk menikmati semua rahasia
tak cukup hanya dengan pejamkan mata hadirkan kamu ajakku bercinta



Maaf

Aku resap bayangmu di dasar relung sukma
aku lukiskan wajahmu di alam tidurku
aku khayalkan tubuhmu dalam gelombang hasrat
kamulah mata pisau yang menancap di jantungku



Madu

hanyutkan aku dan benamkan
kan ku selami misteri di balik sejarahmu
yang pernah menikam mengikat batin
hampa kekuatan untuk melawan ketidakpedulian ini

rindukan aku seperti aku merindukanmu
umbarlah nafsu koyakkan hitam dan putih
lukai dengan sentuhan jemari
tak lekang gairah oleh jenuh dan pedih

ajaklah kesana nyawa ini
biar mencumbu dan gerayangi lautan surgamu
sampai tak bisa mati
menetap di sela garis-garis gurat nadi

sesuatu telah merasuk
dan menerbangkan aku tinggi menuju dirimu
tak bisa menghindar dari setiap belai jauh yang kau sirat
dan sekali ada penuhi janji
aku kamu merapat erat tak beranjak pergi

Buka Pintu

Assalamu'alaikum Warah Matullahi Wa Barakatuhu.

Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamiin. Akhirnya punya juga. Finally ada juga. Hasrat untuk menulis, kini memiliki pelampiasan. Bukan kanvas atau mimbar,bukan pula megaphone atau microphone. Tetapi BLOG! Sudah lama melek di dunia maya, sudah pula kantong terkuras guna membayar billing warnet. Puluhan bahkan ratusan situs dijelajahi lama-lama bikin bosen juga.Melek bangun sadar. Apersepsi terkadang memunculkan revolusi walau kecil-kecilan tapi setidaknya distorsi yang lahir ter-apresiasi positif meski oleh diri sendiri. Dalam gumam "gantian aku yang harus nulis dan mereka yang harus baca tulisanku".

Ya! terjemah kedalam empat  fungsional, hati tangan mata dan telinga. Ibarat vulkanik atau malah dibilang batu hitam. Mereka bergejolak akan realitas namun hanya terdiam dan malah mengeluarkan opini-opini tanpa nyawai .Esai seperti melintas tanpa batas di kepala. Jempol dan telunjuk bersinergi memegang pena namun tiada corat-coret dibawahnya.

Kini tak ada alasan bung!buat apa Allah SWT menganugerahi otak jikalau cuma asyik- masyuk sebal-sebul rokok kretek dan nyruput kopi encer. Idealisme adalah parsial yang dibungkus dalam aksioma subyektif sistem pikiran.Tapi usah dipikirkan! Lakukan dan lakukan, sebelum semuanya berakhir.Berakhir karena ajal ataupun hari kiamat.

Cepat,tunggu apalagi....jangan terbebani dengan pasal subversif atau di cap ngawur,dunia terlalu sempit guna menanggapi omongan tak ber-piala.


Salam